B. Urgensi Perkembangan Motorik Anak
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang  sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa  pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu  dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti  anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka,  melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b. Melalui  keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya  pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang  independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan  dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang  perkembangan rasa percaya diri.
c. Melalui  perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan  sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar,  anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan  baris-berbaris.
d. Melalui  perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau  bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan  menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia  akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Stimulasi yang bisa diberikan unruk mengoptimalkan perkembangan motorik anak adalah:
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin) dan menggambar.
- Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga.
- Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari.
- Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban.
- Gerakan-gerakan ibadah shalat
Perkembangan  motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh  kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar  ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi  perkembangan otot (CRI, 1997). Jika kegiatan anak di dalam ruangan,  pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang  gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan  seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Selain itu,  penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk  memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan  juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu  pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi,  keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan  latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak  untuk membangun semua keterampilan ini.
Kemampuan  motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir  dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu,  dedaunan atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar  ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal  dasar anak untuk menulis.
Keterampilan  fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga  bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat  penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang  menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga  dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari  permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok  lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah  permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya  dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk  anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan  ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
Perkembangan  motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat  tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya  mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu  mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara  yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau  berguling-guling. Dalam hal ini orang tua dan orang dewasa di sekitar  anak harus mengamati tingkat perkembangan anak-anak dan merencanakan  berbagai kegiatan yang bisa menstimulainya.
Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.
Selain  berbagai kegiatan stimulai, hal lain yang mempengaruhi perkembangan  motorik anak adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan  tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik  kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus  mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism ‘isolasi diri’ yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy)  dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku  eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia  adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi  tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya,  anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya  hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik,  yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism  yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek  essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh  mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.
Untuk  melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang  cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari  melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi,  sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu  terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh,  pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan  kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini  juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi  pertumbuhan badan yang terlambat3.
Tengkurap,  merangkak, dan berjalan menurunkan ketergantungan atau kontak yang  terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap  mekanisme self-regulatory, sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion  dan perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-sumber  eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional,  sehingga akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan kecerdasan anak.  Sehubungan dengan hal tersebut di atas, telah dilakukan penelitian di  daerah Jawa Barat yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Bogor dan University of California, Davis, USA  untuk dapat menerangkan tentang bagaimana mekanisme gizi berpengaruh  terhadap perkembangan kecerdasan anak. Sebanyak tidak kurang dari 17  buah makalah ilmiah dan hasil penelitian ini telah diterbitkan di dalam  beberapa jurnal di luar negeri.
Hasil  penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang di usia awalnya  mendapat makanan suplemen, pada 8 tahun kemudian nilai tes  intelektualnya lebih baik dari pada anak yang tidak mendapatkan  suplemen. Sesudah memperhitungkan faktor confounder peneliti  berkesimpulan bahwa suplemen makanan pada waktu bayi adalah faktor yang  menyebabkan perbedaan. Hasil penemuan ini mendemonstrasikan bahwa  suplemen makanan selama tiga bulan pada waktu bayi berumur kurang dari  18 bulan membawa keuntungan yang nyata terhadap kecerdasan anak sampai 8  tahun kemudian. Sedangkan terhadap anak yang berumur lebih dari 18  bulan yang sekarang berumur antara 10–12 tahun, keuntungan tersebut  tidak nyata. Hasil penelitian tersebut pun menghasilkan suatu dugaan  bahwa perkembangan neurologi sebelum berumur 18 bulan berhubungan erat  dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen. Umur 18 bulan dari hasil penelitian ini dapat merupakan batas atau cut off point. Hasil-hasil penelitian pada tikus menunjukkan bahwa gizi kurang dapat berakibat defisit myelinisasi pada otak yang irreversibel.  Pada tikus, masa-masa kritis terjadi pada saat umur 8–14 hari, dan  berdasarkan periode puncak pertumbuhan maka pada manusia dapat terjadi  pada usia 6–18 bulan15. Sehubungan dengan hal tersebut, maka bayi  kurang gizi yang tidak mendapat suplemen diduga mengalami defisit  myelinisasi. Artinya terjadi kesulitan dalam menghantarkan informasi  dari satu neuron ke neuron yang lain dan mengakibatkan intelektual anak  rendah. Hal ini pun pada akhirnya mempengaruhi perkembangan motorik  anak. Refleks anak terhadap lingkungannya akan terhambat.
Data  hasil penelitian kroseksional tersebut tidak merupakan data yang  representatif dari perubahan dalam diri seorang anak. Walaupun dalam  banyak hal perkembangan motorik milestone tidak selamanya  mengikuti suatu perubahan kronologi yang ketat, data dari hasil  penelitian tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengestimasi  perkembangan motorik pada umur anak tertentu.
Apabila dibandingkan dengan negara-negara Barat, maka perkembangan motorik milestone  pada anak Indonesia tergolong rendah. Di Amerika, anak mulai berjalan  pada umur 11,4–12,4 bulan11, dan anak-anak di Eropa antara 12,4–13,6  bulan12. Sedangkan di Indonesia, pada sampel yang diteliti adalah 14,02  bulan. Informasi yang cukup untuk menerangkan perbedaan tersebut belum  ada, namun besar kemungkinan bahwa faktor gizi, pola pengasuhan anak,  dan lingkungan ikut berperanan. Penjabaran tersebut di atas,  menghasilkan suatu kesimpulan bahwa pember ian stumulasi untuk  mengembangkan kemampuan motorik merupakan hal yang urgen atau penting. 
 
Bagaimanakah Perkembangan Motorik Usia 3-5 tahun ??
bersambung…[Endah, http://parentingislami.wordpress.com]

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar